BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya dalam kehidupan
sehari-hari kita selalu melakukan kontak atau hubungan secara langsung dengan
jasad-jasad mikro atau yang dikenal dengan sebutan mikroba. Di dalam perut kita
misalnya, jasad-jasad mikro berperan baik secara positif maupun negatif dalam
proses dan sistem metabolism yang berlangsung di dalam tubuh.
Populasi memiliki pola-pola
pertambahan khas yaitu meningkatnya jumlah sel atau massa sel yang dapat
dilihat melalui keturunan mikroba atau kecepatan pertumbuhan pada waktu
tertentu. Bakteri, virus, dan fungi memiliki pola pertumbuhan yang berbeda.
Pertumbuhan mikroba dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba
terdiri dari faktor internal dan eksternal. Apabila lingkungan sangat mendukung
khususnya pengaruh suhu maka populasi mikroba akan meningkat secara tidak
terbatas.
1.1
Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian pertumbuhan?
2.
Bagaimanakah pola pertumbuhan bakteri, virus, dan fungi?
3. Apa
sajakah faktor penghambat dan pendukung pertumbuhan?
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian pertumbuhan
2.
Mengetahui pola pertumbuhan bakteri, virus, dan fungi
3.
Mengetahui faktor penghambat dan pendukung pertumbuhan
BAB II
ISI
B.
Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai
pertambahan jumlah atau volume serta ukuran sel. Pada organism prokariot
seperti bakteri, pertumbuhan merupakan pertambahan volume dan ukuran sel dan
juga sebagai pertambahan jumlah sel. Dalam membahas pertumbuhan mikrobia harus
dibedakan antara pertumbuhan masing-masing individu sel dan pertumbuhan
kelompok sel atau pertumbuhan populasi (Kusnadi, 2003).
a.
Pertumbuhan Individu sel
Pertumbuhan bakteri umumnya
pembiakan dengan pembelahan diri atau devisio. Jika faktor-faktor luar
menguntungkan, maka setelah terjadi pembelahan, sel-sel baru akan membesar
hingga sebesar sel induk. Hal ini dimungkinkan jika peresapan zat makanan yang
terseda di dalam medium (Dwidjoseputro, 1978).
b.
Pertumbuhan Populasi
Pertumbuhan dapat diamati dari
meningkatnya jumlah sel atau massa sel (beratkering sel). Pada umumnya bakteri
dapat memperbanyak diri dengan pembelahan biner, yaitu dari satu sel membelah
menjadi 2 sel baru, maka pertumbuhan dapat diukur dari bertambahnya jumlah sel.
Waktu yang diperlukan untuk membelah diri dari satu sel menjadi dua sel
sempurna disebut waktu generasi. Waktu yang diperlukan oleh sejumlah sel atau
massa sel menjadi dua kali jumlah/massa sel semula disebut doubling time atau waktu penggandaan. Waktu penggandaan tidak sama
antara berbagai mikrobia, dari beberapa menit, beberapa jam sampai beberapa
hari tergantung kecepatan pertumbuhannya. Kecepatan pertumbuhan merupakan
perubahan jumlah atau massa sel per unit waktu (UPI, Tanpa Tahun). 2.2 Pola Pertumbuhan Mikroba
Pola
Pertumbuhan Bakteri
1.
Pembiakan atau Reproduksi Bakteri
Sel yang tumbuh dipersiapkan untuk membelah.
Laju pertumbuhan, dan frekuensi
pembelahan bergantung pada spesies dan kondisi lingkungan. Dalam periode yang pendek, seringkali selama 20
menit, suatu bakteri dapat membentuk duplikatnya yang lengkap, yang kemudian
disebut kemampuan berduplikasi. Pada baiakan pertumbuhan eksponensial, bakteri
membelah setelah menggandakan 55 volume
sel dengan menggandakan panjang sel (Kusnadi, 2003).
Reproduksi atau pembiakan bakteri
yaitu dengan pembelahan diri atau divisio. Pembelahan biner bakteri dimulai
dengan menempelnya bahan genetik pada salah satu sisi membran dari sel dewasa,
kemudian diikuti dengan proses sintesis DNA dan replikasi. Setelah proses
replikasi selesai maka salah satu sisi dari membran akan membuat lekukan dan
akhirnya diikuti dengan proses pemanjangan sel dan pembelahan sel menjadi dua
bagian yang memiliki bahan genetika yang sama.
2.
Pertumbuhan Populasi Bakteri
Suatu bakteri yang dimasukkan ke
dalam medium baru yang sesuai akan tumbuh memperbanyak diri. Jika pada
waktu-waktu tertentu jumlah bakteri dihitung dan dibuat grafik hubungan antara
jumlah bakteri dengan waktu maka akan diperoleh suatu grafik atau kurva
pertumbuhan. Pengamatan jumlah sel dalam waktu yang cukup lama akan memberikan
gambaran berdasarkan kurva pertumbuhan bahwa terdapat fase-fase pertumbuhan.
Fase pertumbuhan bakteri dapat dipisahkan menjadi empat fase utama; fase lag
(fase lamban), fase pertumbuhan eksponensial (fase pertumbuhan cepat), fase
stasioner( fase stasis), dan fase penurunan populasi (fase pematian). Fase-fase
tersebut menunjukkan keadaan bakteri dalam biakan pada waktu tertentu. Di
antara setiap fase terdapat suatu periode peralihan dimana waktu dapat berlalu
sebelum semua sel memasuki fase yang baru (Kusnadi, 2003).
a. Fase Lag
Setelah inokulasi, terjadi
peningkatan ukuran sel, mulai pada waktu sel tidak atau sedikit mengalami
pembelahan. Fase ini, ditandai dengan peningkatan komponen makromolekul,
aktivitas metabolic, dan kerentanan terhadap zat kimia dan faktr fisik. Fase
lag merupakan suatu periode penyesuaian yang sangat penting untuk penambahan
metabolit pada kelompok sel, menuju tingkat yang setaraf dengan sintesis sel
maksimum.
b. Fase
Log/Pertumbuhan Eksponensial
Pada fase eksponensial atau
logaritmik, sel berada dalam keadaan pertumbuhan yang seimbang. Selama fase
ini, masa dan volume sel meningkat oleh faktor yang sama dalam arti rata-rata
komposisi sel dan konsentrasi relative metabolit tetap konstan.
c. Fase
Stasioner
Pada saat digunakan kondisi bikan
rutin, akumulasi produk limbah, kekurangan nutrient, perubahan pH, dan faktor
lain yang tidak diketahui akan mendesak dang mengganggu biakam, mengakibatkan
perununan kecepatan pertumbuhan. Selama fase ini, jumlah sel yang hidup tetap
kosntan untuk periode yang berbeda, bergantung pada bakteri, tetapi akhirnya
menuju periode perununan populasi.
d. Fase
Penurunan Populasi atau Fase Pematian
Pada saat medium kehabisan nutrient
maka populasi bakteri akan mnurun jumlahnya. Pada saat ini jumlah sel yang mati
lebih banyak daripada sel yang hidup.
3. Pola Pertumbuhan Virus
· Reproduksi Virus
Karena memiliki substansi genetik,
virus dapat melakukan reproduksi atau replikasi. Virus hanya bisa bereproduksi
di dalam sel/jaringan yang hidup. Reproduksi virus terjadi dengan cara
penggandaan materi genetik inang yang disebut replikasi. Virus membutuhkan
bahan-bahan dari sel makhluk lain untuk bereplikasi (bereproduksi). Replikasi
virus secara umum terbagi menjadi 2 yaitu siklus litik dan siklus lisogenik
(Winarsih dkk, 2011).
Untuk melakukan reproduksi,
partikel virus harus menginfeksi inang untuk mensintesa semua komponen yang
diperlukan dalam membuat lebih banyak partikel virus. Komponen-komponen
tersebut kemudian dirakit menjadi bentuk struktur virus dan partikel virus yang
baru dibentuk itu harus keluar darisel inang untuk dapat menginfeksi kembali
sel-sel lain (Kusnadi dkk, 2003).
a.
Daur
Tahapan reproduksi virus secara umum
dilakukan dalam tujuh langkah, yaitu:
1. Adsorpsi
(penempelan) dari partikel virus (virion) pada sel inang yang
Sesuai (Kusnadi dkk, 2003).
2.
Penetrasi
(injeksi) dari virion atau asam nukelat virus ke dalam sel inang (Kusnadi dkk,
2003). Virus melubangi membran sel inang dengan enzim lisozim. Setelah
berlubang, virus akan menyuntikkan materi genetiknya kedalam sitoplasma sel
inang (Winarsih dkk, 2011).
3. Tahap awal replikasi dari asam nukleat virus,
dalam peristiwa ini mesin
biosintesa
sel inang diambil alih untuk memulai sintesa asam nukleat virus, enzim-enzim
spesifik virus mulai dihasilkan dalam tahap ini (Kusnadi dkk, 2003).
4. Replikasi
dari asam nukleat virus (Kusnadi dkk, 2003).
5. Sintesa dari protein sub unit dari mantel virus
(Kusnadi dkk, 2003). Materi genetik dari virus akan menonaktifkan materi
genetik sel inangnya. Kemudian mengambil alih kerja sel inang. DNA dari virus
akan menjadikan sel inang sebuah tempat pembentukan virus baru (Winarsih dkk,
2011).
6.Perakitan dari asam nukleat dan protein sub unit
(dan komponen membran pada virus bermembran) ke dalam partikel virus (Kusnadi
dkk, 2003). Molekul-molekul protein (DNA) yang telah terbentuk kemudian
diselubungi oleh kapsid yang berfungsi untuk memberi bentuk tubuh virus baru
(Winarsih dkk, 2011).
7.Pelapasan partikel virus yang matang dari sel
(lisis) (Kusnadi dkk, 2003). Virus-virus yang telah matang akan berkumpul pada
membran sel dan menyuntikkan enzim lisosom untuk menghancurkan membran sel. Sel
yang membrannya hancur itu akhirnya akan mati (Winarsih dkk, 2011).
b. Daur lisogenik
Pada
siklus ini sel inangnya tidak hancur tetapi disisipi oleh asam nukleat dari
virus. Meliputi tahap adsorbs, injeksi, penggabungan, pembelahan, sintesis. Jika
bakteri memiliki kekebalan yang tinggi, bahan inti virus akan melebur dengan
DNA bakteri dan membentuk prophage. Ketika bakteri melakukan pembelahan, maka prophage
tersebut akan ikut mengganda dan seterusnya. Suatu ketika prophage tersebut
dapat keluar dari tubuh bakteri dan masuk ke daur litik (Kusnadi dkk, 2003).
Macam-Macam Penyakit.
Beberapa Penyakit yang Disebabkan Oleh Virus
Berdasarkan sumber penularannya, penyakit yang
disebabkan oleh virus
dapat digolongkan kedalam empat macam, yaitu:
penyakit yang ditularkan melalui udara, penyakit yang ditularkan melalui air,
penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin, dan penyakit yang ditularkan
melalui hewan (Kusnadi dkk, 2003).
a. Penyakit
yang ditularkan melalui udara
1. Pilek
Pilek merupakan penyakit yang umum
diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Gejala yang diderita meliputi
kelelahan, dan banyaknya lendir yang keluar dari hidung. Penyakit ini
disebabkan oleh Rhinovirus (virus RNA rantai tunggal). Dari hasil penelitian
diketahui bahwa terdapat 100 macam rhinovirus dengan serotipe yang berbeda.
Virus-virus lain seperi adenovirus, coxsackie virus danorthomyxovirus juga
penyebab dari 10% penyakit pilek.
2.
Influenza
Influenza disebabkan oleh
Orthomyxovirus (virus RNA). Virus ini ditularkan dari orang ke orang melalui
udara, terutama dari cipratan pada saat batuk atau bersin. Virus ini kemudian
menginfeksi membran mukosa saluran pernafasan atas dan kadang-kadang masuk ke
dalam paru-paru. Gejala yang diderita biasanya demam ringan dari 3-7 hari,
dingin, lesu, pegal linu dan sakit kepala. Gejala yang lebih berat biasanya
bukan disebabkan oleh virus influenza, namun infeksi sekunder yang disebabkan
oleh bakteri yang masuk kedalam penderita ketika kekuatan tubuhnya mulai
melemah akibat influenza yang dideritanya (Kusnadi dkk, 2003).
3. Campak
Campak merupakan penyakit yang
biasanya menyerang anak-anak. Penyakit ini ditandai dengan gejala-gejala pilek,
mata merah, batuk dan panas. Penyebab campak adalah paramxovirus yang masuk
melalui hidung dan tenggorokan dari udara dan secara cepat menyebar ke seluruh
tubuh. Masa inkubasi penyakit campak adalah 7 – 10 hari. Komplikasi dari campak
yang sering terjadi adalah infeksi telinga, pneumonia dan campak
enchephalomielitis (jarang terjadi). Namun apabila enchepalomielitis terjadi
maka dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf salah satu bentuk dari
epilepsi. Campak enchepalomielitis merupakan penyakit yang sangat berbahaya
pada anak-anak dan menjadi salah satu penyebab kematian anak (Kusnadi dkk, 2003).
4.
Gondongan
Gondongan disebabkan oleh
paramyxovirus dengan tipe yang berbeda dari paramyxovirus penyebab penyakit
campak. Penyakit ini diedarkan melalui cipratan yang ditularkan melalui udara
yang kemudian mengalir dalam aliran darah. Penyakit gondogan ditandai dengan
membengkaknya kelenjar ludah yang menyebabkan pembekakan pada rahang dan leher.
Virus yang menyebar melalui aliran darah ini dapat memasuki organ lain seperti
otak, testes dan pankreas (Kusnadi dkk, 2003).
5. SARS
(Severe acute respiratory syndrome)
SARS merupakan penyakit yang
ditularkan melalui udara akibat ciparatan dahak atau bersin orang yang mengidap
penyakit tersebut. Penyakit ini menyerang saluran pernafasan, terutama bagian
paru-paru. Awalnya belum diketahui apa penyebab serangan dadakan infeksi
paru-paru ini, sehingga terkesan sebagai penyakit misterius, yang tidak jelas
identitas penyebabnya. Para ahli mikrobiologi menemukan virus penyebabnya
penyakit tersebut dengan mengisolasi virus dari dahak pasien ternyata virus keluarga
paramyxoviridae yaitu corona virus. Virus ini berkerabat dengan penyebab
campak,gondong, dan influenza (Kusnadi dkk, 2003).
b. Penyakit
yang ditularkan secara sexual
1. Herpes
Herpes simpleks virus dapat
menyebabkan luka di sekitar mulut dan juga dapat menyebabkan infeksi saluran
kelamin. Penyakit ini disebabkan oleh virus Herpes virus. Penularan virus ini
adalah melalui kontak langsung dengan luka yang disebabkan karena virus
tersebut. Infeksi yang disebabkan oleh Herpes (Kusnadi dkk, 2003).
2. AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome)
Pengobatan untuk penyakit ini
sampai saat ini masih dalam tahap penelitian. AIDS disebabkan oleh HIV (Human
Immundeficiency Virus) yang merupakan kelompok retrovirus (virus RNA rantai
tunggal). Virus ini memiliki enzim reverse transcriptase yang menggunakan RNA
sebagai templat yang kemudian diubah menjadi cDNA dan selanjutnya menjadi DNA
rantai ganda. Dengan demikian virus ini dapat berintegrasi dengan genom inang.
Inang untuk HIV adalah CD4 yang dimiliki oleh T limposit, sehingga fungsi
normal T limposit sebagai sistem imun menjadi terganggu. Halini akan
menimbulkan berkembangnya infeksi oportunistik yang mengakibatkan kematian pada
penderita (Kusnadi dkk, 2003).
c. Penyakit
yang ditularkan melalui hewan
1. Rabies
Rabies disebabkan oleh virus dari
kelompok rhabdovirus (Virus RNA rantai tunggal). Virus ini dapat ditularkan
pada manusia melalui gigitan hewan peliharaan yang menderita rabies seperti
misalnya kucing, anjing dan monyet. Virus rabies menyerang sistem syaraf pusat
hewan berdarah panas dan pada umumnya mengakibatkan kematian apabila tidak
diobati (Kusnadi dkk, 2003).
d. Penyakit
yang ditularkan melalui makanan
1.
Hepatitis
Hepatitis disebabkan oleh Hepatitis
virus. Penyakit ini ditularkan melalui air, makanan, saliva atau susu yang
terkontaminasi feses. Hepatitis virus ini dapat menyebabkan penyakit hepatitits
A, B, C, D, dan E. Infeksi yang disebabkan oleh Hepatitis A dapat mengakibatkan
gangguan hati apabila infeksinya bersifat kronis. Hepatitis A menyebar dari
usus melalui aliran darah menuju hati dan mengakibatkan kulit dan mata berwarna
kekuning-kuningan, air senin berwarna coklat akibat produksi getah empedu yang
dihasilkan oleh hati yang terinfeksi virus ini tidak normal. Jenis makanan yang
dapat menularkan virus ini adalah kerang yang diambil dari perairan yang
tercemari feses. Namun hanya kerang mentah yang dapat menimbulkan masalah,
karena virus ini akan mati dengan pemanasan. Hepatitis B disebabkan oleh DNA
yang mengandung hepatitis virus yang ditularkan melalui darah yang terinfeksi
atau produksi darah. Hepatitis B dapat juga ditularkan dari ibu ke anak pada
saat dalam kandungan atau melalui hubungan seksual. Hepatitis B dapat
mengakibatkan gangguan hati yang lebih akut dibanding hepatitis A, dan dapat
menyebabkan kematian. Hepatitis A jarang menjadi penyebab kematian. Infeksi
oleh Hepatitis B juga dapat mengakibatkan mudahnya terserang kanker hati. Jenis
hepatitis yang lain juga telah dikenali sebagai hepatitis C. Seperti halnya hepatitis
B, hepatitis C ditularkan melalui darah dan hubungan seksual. Meskipun akibat
yang ditimbulkannya tidak separah hepatitis A atau B, hepatitis C dapat
mengakibatkan sirosis (Kusnadi dkk, 2003).
4. Pola Pertumbuhan Jamur
-Reproduksi
Jamur
Secara alami fungi dapat berkembang
biak dengan berbagai cara baik secara aseksual maupun secara seksual. Secara
aseksual fungi bereproduksi dengan cara pembelahan, penguncupan dan pembentukan
spora aseksual. Pada reproduksi seksual terjadi peleburan dua sifat dari sel
induk, sehingga individu baru yang dihasilkannya merupakan gabungan dari kedua
sifat sel induknya (Kusnadi dkk, 2003).
a.Reproduksi
Aseksual
Reproduksi aseksual dapat dilakukan
melalui pembelahan atau pertunasan. Pada proses pembelahan, sel anakan yang
dihasilkan relatif sama dengan sel induknya, sedangkan pada pertunasan sel anak
yang dihasilkan tidak selalu sama ukurannya dengan sel induk dan sering tunas
atau kuncup yang dihasilkan sel induk tidak segera dipisahkan. Selain itu
reproduksi aseksual fungi juga dilakukan dengan cara fragmentasi atau pemisahan
sebagian miseliumnya, sehingga terbentuk koloni individu baru. Fungi juga
melakukan reproduksi dengan menghasilkan spora aseksual yang tahan terhadap
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Spora pada umumnya bersifat
resisten terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik dan sangat ringan
sehingga mudah disebarkan oleh angin. Selain itu beberapa spora juga dilengkapi
dengan permukaan yang kasar sehingga mempermudah penempelannya pada hewan sebagai
pembawa spora ke lokasi baru. Sehingga spora dapat menyebarkan spesies jamur
tersebut ke tempat yang lebih luas (Kusnadi dkk, 2003).
Macam-macam spora aseksual pada jamur:
1. Sporangiospora yaitu spora biasa yang terjadi
karena protoplasma dalam suatu sel tertentu berkelompok-kelompok kecil,
masing-masing mempunyai membran serta inti sendiri. Sel tempat terjadinya spora
ini disebut sporangium, dan sporanya disebut sporangiospora (Dwidjoseputro,
1978).
2.Konidiospora yaituspora yang terjadi karena ujung suatu
hifa berbelah-belah seperti tasbih. Tidak ada sporangium, tiap spora disebut
konidiospora atau konidia saja, sedangkan tangkai pembawa konidia disebut
konidiofor (Dwidjoseputro, 1978).
3.Klamidospora yaitu memiliki bagian-bagian miselium
yang membesar serta berdinding tebal yang merupakan alat perkembangbiakan
(chlamydospora = spora yang berkulit
tebal) (Dwidjoseputro, 1978).
4. Artospora/Oidiospora/Oidia yaitu memiliki
bagian-bagian miselium yang tidak menjadi lebih besar daripada aslinya (Dwidjoseputro,
1978).
b.
Reproduksi Seksual
Pada reproduksi seksual fungi,
prosesnya diawali dengan terjadinya plasmogami (penyatuan sitoplasma) dari dua
individu yang cocok dimana sitoplasma yang bersatu tersebut masing-masing
membawa inti yang terkandung di dalamnya. Kariogami adalah penyatuan atau fusi
nucleus dari kedua individu untuk membentuk nucleus yang diploid (2n) (Kusnadi
dkk, 2003).
Tipe-tipe spora seksual:
1.Askospora yaitu spora bersel satu dan terbentuk di
dalam suatu struktur semacam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya
terdapat askospora di setiap askus.
2. Basidiospora yaitu spora seksual yang terbentuk
di atas struktur seperti gada yang disebut basidium.
3. Zigospora yaitu spora berdinding tebal yang
terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi (disebut juga
gametangia) saling melebur.
4.Oospora yaitu spora yang terbentuk di dalam
struktur betina khusus yang disebut oogonium. Dalam setiap oogonium bisa ada
satu atau beberapa oosfer.
Faktor
Penghambat dan Pendukung Pertumbuhan
Semua makhluk hidup mempunyai persamaan dalam hal persyaratan nutrisi
berupa zat-zat kimiawi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan aktivitas lainnya.
Pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan seluruh unsur pokok kimia sel.
Hal tersebut merupakan suatu proses yang memerlukan replikasi seluruh struktur,
organel, dan komponen protoplasma seluler dengan adanya nutrien dalam
lingkungan sekelilingnya (Kusnadi, 2003)
Pertumbuhan bakteri pada umumnya
akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan
gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbedadan pada
akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya (Darkuni,
2001). Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu
jasad. Pembelahan sel adalah hasil dari pertumbuhan sel. Pada jasad bersel
tunggal (uniseluler), pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan
jumlah individu. Misalnya pembelahan sel pada bakteri akan menghasilkan
pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Pada jasad bersel banyak
(multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah
individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar
jasadnya. Dalam membahas pertumbuhan mikrobia harus dibedakan antara
pertumbuhan masing- masing individu sel dan pertumbuhan kelompok sel atau
pertumbuhan populasi (Suharjono, 2006).
1.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Faktor
nutrisi, mikrobia dapat tumbuh dalam medium yang mengandung satu atau lebih nutrisi.
Keragaman nutrisi akan mempercepat pertumbuhan mikrobia. Sumber karbon yang
biasa diserap oleh fungi adalah glukosa. Pada bakteri, mereka memiliki
kemampuan yang sangat besar dalam menggunakan bahan makanan yang tersebar.
Temperatur atau suhu, Faktor
temperatur merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan
dan kehidupan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka
terhadap temperatur. Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan maksimum yang
dimiliki mikrobia digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu mikrobia psikofil,
mikrobia mesofilik, dan mikrobia termofilik (Suharni, 2008).
Setiap mikrobia memiliki temperatur
optimal dimana meraka dapat tumbuh sangat cepat dan memiliki rentangan
temperatur dimana mereka dapat tumbuh. Rentangan itu adalah temperatur minimum
dan maksimum, sedangkan temperatur yang baik ntuk aktivitas kehidupan disebut
temperatur optimum. Berdasar hal tersebut bakteri dikelompokkan menjadi tiga:
· Psikofil
-5oC – 30oC, optimum 10-20oC
· Mesofilik
10-45oC, optimum 20-40oC
· Termofilik
25-80oC, optimum 50-60oC
Pada umumnya temperatur minimum
yang dapat ditolerir oleh fungi adalah antar 2-5oC dan temperatur maksimum yang
dapat ditolerir fungi adalah 35-40oC.Konsentrasi ion hidrogen, pH medium biakan
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan. Untuk mikrobia juga terdapat rentangan pH
dan pH optimal. Pada fungi secara umum pH optimum bagi fungi adalah antara
3.8-5.6.
Konsentrasi osmotik, konsentrasi
larutan yang aktif secara osmotik didalam sel bakteri, umumnya lebih tinggi
dari konsentrasi diluar sel. Faktor ini biasa disebut dengan faktor-faktor
kimia atau desinfektan. Dimana desinfektan merupakan bahan kimia yang
menyebabkan desinfeksi, yaitu proses untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme terutama yang bersifat patogen.
Air, seperti halnya makhluk hidup
yang lain, air merupakan kebutuhan mutlak yang harus ada selama kehidupan.
Sebagai contoh, miselium fungi hanya akan dapat tumbuh pada larutan yang
mengandung air tau pada keadaan yang lembab.
Kebutuhan Oksigen, mikroba juga
dapat dibedakan berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, yakni mikroorganisme
aerob adalah mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk metabolismenya,
mikroorganisme anaerob adalah mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen
untuk metabolismenya, mikroorganisme anaerob fakultatif adalah mikroorganisme
yang dapat hidup secara aerob atau pun anaerob dan mikroorganisme mikro
aerofilik adalah mikrooganisme yang dapat hidup dengan menggunakan sedikit
oksigen.
2.
Faktor yang menghambat pertumbuhan
Pada prinsipnya mikroorganisme
dapat dikendalikan, yaitu dengan cara dibasmi, dihambat pertumbuhannya dalam
lingkungan, dengan menggunakan berbagai proses atau sarana fisik. Faktor-faktor
yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia, antara lain:
a.
Faktor Biotik
Faktor-faktor biotik ialah
faktor-faktor yang disebabkan jasad (mikrobia) atau kegiatannya yang dapat
mempengaruhi kegiatan (pertumbuhan) jasad atau mikrobia lain. Faktor-faktor
tersebut antara lain ialah adanya asosiasi atau kehidupan bersama diantara
jasad. Asosiasi dapat dalam bentuk koTemperatur, pembelahan sel sangat sensitif
terhadap efek kerusakan yang disebabkkan oleh suhu. Temperatur yang tinggi juga
dapat menyebabkan denaturasi protein dan enzim, sehingga aktivitas metabolisme
terhenti. Waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi umumnya berhubungan dengan
temperatur paparan, hubungan ini disebut waktu kematian termal, yaitu waktu
yang dibutuhkan untuk membunuh mikroorganisme pada temperatur yang sudah
ditetapkan sebelumnya.
Konsentrasi bahan, beberapa bahan
bersifat mematikan untuk bakteri, ketika digunakan pada konsentrasi yang
tinggi. Bahan lain, pada konsentrasi rendah dapat menstimuli, memperlambat,
bahkan membunuh organisme.
Konsentrasi ion hidrogen, konsentrasi hidrogen
mempengaruhi peranan bakterisida dengan cara mempengaruhi organisme dan bahan
kimia dalam bakterisida. Suatu peningkatan pH akan meningkatkan muatan dan
dapat merubah konsentrasi efektif bahan kimia pada permukaan sel.
Bahan yang merubah grup fungsional:
Logam berat, logam berat berfungsi
sebagai antimikroba, karena dapat mempresipitasikan enzim-enzim atau protein
esensial lain dalam sel. Logam-logam yang dapat berpengaruh secara umum adalah
Hg, Ag, As, Zn, Cu
Radiasi, sinar matahari memiliki
aktivitas bakterisida dan memainkan peranan penting dalam sterilisasi yang
bersifat spontan yang terjadi dalam keadaan alami. Peran desinfektan tersebut
terutama karena kandungan sinar ultravioletnya. Efektivitasnya cahaya
ultraviolet sebagai bahan mutagenik dan mematikan berhubungan erat dengan
panjang gelombangnya. Mekanisme efek mematikan pada bakteri karena absorbsi
menyebabkan kerusakan DNA. Virus juga akan mengalami penghambatan pertumbuhan
jika diberi radiasi ultraviolet.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai
pertambahan jumlah atau volume serta ukuran sel. Pada organism prokariot
seperti bakteri, pertumbuhan merupakan pertambahan volume dan ukuran sel dan
juga sebagai pertambahan jumlah sel.Pola pertumbuhan bakteri yaitu dengan
pembelahan diri atau divisio.Pola pertumbuhan virus terjadi melalui dua tipe
replikasi yaitu siklus litik dan siklus lisogenik yang terdiri dari
tahapan-tahapan secara umun yaitu adsorpsi (penempelan), penetrasi (injeksi),
tahap awal replikasi, replikasi, sintesis, perakitan, dan lisis. Pola
pertumbuhan jamur yaitu bereproduksi secara aseksual dan seksual, reproduksi
aseksual yaitu melalui proses pembelahan, pertunasan, fragmentasi, dan spora
aseksual (konidiospora, sporangiospora, oidiospora, klamidospora); reproduksi
seksual diawali dengan plasmogami kemudian kariogami dan spora seksual
(askospora, basidiospora, zigospora, oospora).
Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan meliputi, nutrisi, suhu, pH, konsentrasi osmotik, air, kebutuhan
oksigen. Faktor penghambat pertumbuhan mikrobia dipengaruhi faktor abiotik dan
biotik. Faktor biotik meliputi, faktor-faktor biotik ialah faktor-faktor yang
disebabkan jasad (mikrobia) atau kegiatannya yang dapat mempengaruhi kegiatan
(pertumbuhan) jasad atau mikrobia lain. Faktor abiotik meliputi, temperatur,
konsentrasi bahan, konsentrasi ion hidrogen, logam berat, radiasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Darkuni, M. N., 2001, Mikrobiologi
(Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi), Universitas Negeri Malang, Malang.
Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Jakarta: Djambatan.
Kusnadi dkk. 2003. Mikrobiologi. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia.
Suharjono, 2006. Komunitas Kapang
Tanah di Lahan Kritis Berkapur DAS Brantas Pada Musim Kemarau. Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Brawijaya. Malang.
Suharni, Theresia Tri dkk., 2008,
Mikrobiologi Umum, Penerbit Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar