PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas
pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dengan
pola yang bersistem dan bertujuan untuk untuk memanusiakan manusia, serta
mengajarinya untuk merencanakan dan mengatur masa depannya. Bercermin kepada
sejarah merupakan suatu kemestian yang harus dilakukan oleh manusia, guna
mengetahui kegagalan dan keberhasilan umat-umat terdahulu, sesudah itu dia
sendirilah yang menentukan masa depannya, sesuai dengan cerminan sejarah itu.
Ilmu
sejarah merupakan bagian dari berbagai cabang ilmu yang mesti dipelajari oleh
bangsa-bangsa dan generasi-generasi umat manusia. Ilmu sejarah senantiasa
menarik minat orang banyak. Orang-orang biasa dan orang-orang yang tidak pintar
juga ingin mengetahuinya, karena sebab inilah, maka pelajaran/ pengetahuan
sejarah mesti diajarkan dengan bebagai metode yang tepat dan berkesan di dalam
jiwa orang yang mempelajarinya, terutama dibidang “Sejarah Kebudayaan Islam”
yang merupakan kebudayaan yang paling terbaik dimasa pertengahan jika
dibandingkan dengan kebudayaan bangsa-bangsa atau umat lainnya, seperti
kebudayaaan Yunani, Persia dan Romawi Kuno.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang Sejarah Kebudayaan Islam?
2. Apa yang dimaksud dengan Metode
Pembelajaran?
3. Jelaskan metode ceramah pada pembelajaran
SKI?
4. Jelaskan metode Jigsaw pada pembelajaran
SKI?
5. Sebutkan dan jelaskan tujuan dan manfaat
mempelajari materi SKI?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar kita dapat tau tentang Sejarah
Kebudayaan Islam.
2. Agar kita dapat mengetahui pengertian
Metode Pembelajaran.
3. Agar kita dapat mengetahui metode ceramah
dan metode jigsaw yang cocok untuk pembelajaran SKI.
4. Untuk menyelesaikan tugas kuliah mata
kuliah SKI.
5. Agar kita dapat mengatahui manfaat dan
tujuan mempelajari materi SKI.
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu
mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/
peradaban Islam di masa lampau, mulai dari dakwah Nabi Muhammad pada periode Makkah
dan periode Madinah, kepemimpinan umat setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam wafat, sampai perkembangan Islam periode klasik (zaman keemasan) pada tahun
650 M–1250 M, abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M–1800 M), dan masa
modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang), serta perkembangan Islam di Indonesia
dan di dunia. Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai
kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak,
dan kepribadian peserta didik.[1]
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
Madrasah Aliyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1.
Membangun kesadaran
peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma
Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
2.
Membangun kesadaran
peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses
dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.
3.
Melatih daya kritis
peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan
ilmiah.
4.
Menumbuhkan apresiasi
dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban
umat Islam di masa lampau.
5.
Mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah
(Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial,
budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan Kebudayaan
dan peradaban Islam.
Dari penjelasan diatas menunjukan betapa
pentingnya Sejarah Kebudaya Islam sebagai pendekatan untuk menumbuhkan rasa
cinta kepada suri tauladan umat manusia, sekaligus hamba Allah yang paling
mulia untuk dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari
B.
Pengertian Metode Pembelajaran
Pada hakikatnya, mengajar merupakan upaya guru dalam menciptakan
situasi belajar, metode yang digunakan guru diharapkan mampu menumbuhkan
berbagai kegiatan belajar bagi peserta didik sehubungan dengan kegiatan
mengajar guru.[2]
Metode mengajar ialah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan
pelajaran kepada peserta didik. Oleh karena itu, guru dalam memilih metode
mengajar harus tepat dengan tujuan dan sasarann yang telah ditetapkan.
Pemilihan metode ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan yang akan
diperoleh, terutama pemaham yang diterima oleh peserta didik terhadap yang apa
yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Sebagai seorang guru yang profesional, tugas seorang guru bukan
hanya mengajarkan kepada peserta didik dengan melalui penyampaian dalam proses
pembelajaran, tetapi sebagai seorang guru yang professional juga harus
menyampaikan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang mendidik. Metode
pembelajaran yang mendidik adalah dengan cara yang dapat digunakan untuk
membimbing peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara melalui proses yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk brpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakta, minat,
dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.[3]
Jadi dapat disimpulkan metode pembelajaran adalah cara guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan cara mendidik, membimbing, dan mampu
membuat peserta didik menerima dan memahami apa yang disampaikan pada setiap
proses pembelajaran agar keberhasilan yang diterima mampu mencapai tujuan
pendidikan nasional yang diharapkan.
Diantara penerapan metode pembelajaran ada beberapa pertimbangan
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode
pembelajaran, diantaranya, yaitu :[4]
1.
Tujuan yang
hendak dicapai
2.
Keadaan siswa
3.
Bahan pengajaran
4.
Situasi belajar
mengajar
5.
Fasilitas yang
tersedia
6.
Guru
7.
Kelebihan dan
kekurangan dari tiap metode
C.
Metode Ceramah Pada Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Metode tradisional yang ingin kami terapkan pada pembelajaran Sejarah
kebudayaan Islam adalah “Metode Ceramah”.
Metode Ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembejaran ekspositori (Sanjaya, 2006). Metode ceramah merupakan metode yang dapat
dikatakan sebagai satu-satunya metode paling ekonomis untuk menyampaikan
informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan
yang sesuai dengan jangkaun daya beli dan kemampuan mental kognitif peserta
didik. Dari beberapa penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa metode ceramah ialah cara yang dilakukan seorang
guru dalam menyampaikan proses pembelajaran melalui lisannya, serta sumber belajar
yang dipaparkan oleh seorang guru.
Metode ceramah ini dapat berupa 1) Presentasi lisan, 2)Presentasi
berbantuan IT, 3) Program radio, dan 4) Program televisi. Adapun tahapan dalam
metode pembelajaran ialah:[5]
1.
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran
2.
Guru
menyampaikan informasi secara lisan kepada peserta didik
3.
Dilakukan tanya
jawab untuk meningkatkan pemahaman peserta didik
4.
Peserta didik
diberi kesempatan untuk mengikuti latihan
5.
Guru mengecek
pemahaman peserta didik.
Adanya tahapan dalam metode ceramah ini,
guna tercapainya keberhasilan dalam proses pembelajaran. Tanpa adanya sebuah
tahapan dalam suatu tujuan yang akan hendak di capai, maka tujuan tidak akan
terarah dengan baik. Dari penjelasan singkat diatas, kita dapat memahami
pentingnya tahapan dalam mencapai tujuan.
Kami memilih metode ceramah ini,
karna secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki
kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam. Melalui metode ceramah
ini di harapkan mampu memperkenalkan dan memotivasi perserta didik untuk
memahami apa yang di sampaikan oleh guru, dengan penyampaian yang mendidik
ataupun memanfaatkan media pembelajaran sebagai alat bantu untuk penyampaikan
materi dalam proses pembelajaran agar mudah dipahami.
Diantara kelebihan metode ceramah
ialah:[6]
1.
Guru mudah
menguasai kelas, hal ini disebabkan kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberi
ceramah
2.
Guru mudah
menerangkan materi pelajaran yang berjumlah besar, karena guru dapat merangkum
pokok-pokok materi persoalan untuk disampaikan ke peserta didik dalam waktu
singkat
3.
Dapat diikuti
peserta didik dalam jumlah besar
4.
Mudah dan murah
dilaksanakan karna mtode ini hanya mengandalkan suara guru dan tidak memerlukan
banyak peralatan sehingga bisa menekan biaya dan mudah dilaksanakan
5.
Ceramah tidak
memerlukan setting kelas yang beragam
dan tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit.
Berikut
beberapa kekurangan dari metode ceramah[7]:
1. Kegiatan pembelajaran menjadi verbalistis (bersifat
pengertian kata-kata)
2. Peserta didik yang lebih tanggap dari sisi
visual akan akan menjadi rugi dan peserta didik yang lebih tanggap auditifnya
dapat besar menerimanya.
3. Bila terlalu lama akan menjadi membosankan.
4. Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan
belajar peserta didik.
5. Menyebabkan peserta didik menjadi pasif.
Tujuan metode ceramah dalam
pembelajaran sejarah kebudayaan islam
1. menciptakan landasan pemikiran
peserta didik melalui metode ceramah yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga
peserta didik dapat belajar melalui bahan tertulis hasil ceramah.
2. menyajikan garis-garis besar isi
pelajaran dan permasalahan yang terdapat dalam isi pelajaran.
3. merangsang peserta didik untuk
belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan belajar.
4. memperkenalkan hal-hal baru dan
memberikan penjelasan secara gamblang.
5. sebagai langkah awal untuk metode
lain dalam upaya menjelaskan prosedur-prosedur yang harus ditempuh oleh peserta
didik.[8]
D.
Metode Jigsaw Pada
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Metode
modern yang kami terapkan adalah “metode jigsaw” jigsaw adalah tipe
pembelajaran kooperatif, Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan
rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri da juga pembelajaran
orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka
juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.
Pada model pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student centered) sangat dibutuhkan,
dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggota 3-5 yang terdiri
dari kelompok asal kelompok ahli.
Dalam
pembeljaran kooperatif model jigsaw dibagi dalam beberapa kelompok belajar
heterogen yang beranggota 3-5 orang dengan menggunakan pola kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa
anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar
belakang. Guru harus terampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya
suasana yang baik bagi setiap anggota kelompok, sedangkan kelompok ahli, yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain yang ditugaskan untuk
mendalami topic tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang
berbeda, bertemu dengan topic yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi
dan membahas materi yang ditugaskan pada amsing-masing anggota kelompok serta
membantu satu sama lain untuk mempelajari topic mereka tersebut. Disini peran
guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah
untuk memhami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota
kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok
ahli. Para kelompok ahli harus mampu membagi pengetahuan yang didapat saat
melakukan diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh
setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependence
setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan.
Artinya para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang postif dan
saling ketergantungan untuk mendapatakan informasi dan memecahan masalah.
Pada metode ini terdapat tahap-tahap dalam
pembelajarannya, yakni seperti berikut[9] :
1. Guru dapat mejabarkan isi topic secara
umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topic ini
2. Membagi siswa kedalam kelompok asal dan kelompok
ahli.
3. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan
sub topic masing-masing da menetapkan
anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli
4. Siswa kemabli ke kelompok masing-masing
untuk menjelaskan topic yang diskusinya.
5. Tanya jawab
Adanya metode pembelajaran jigsaw ini agar
memudahkan peserta didik dalam belajar pelajaran sejarah kebudayaan islam,
karena pda hakikatnya pembelajaran ski adalah belajar dengan cara menghapal dan
mengingat.
Kami melilih metode pembelajaran jigsaw ini
untuk pelajaran sejarah kebudayaan islam
karena dalam pembelajaran jigsaw ini teknik ini selain didesai untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab mahasiswa secara mandiri juga menuntuk saling
ketergantungan yang positif (saling membantu) dengan teman sekelompok. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
mengajarkan materi tersebut kepada aggota kelompoknya. Dengam demikian siswa
saling tergantung satu dengan yang lain dan harus berkerjasama secara
kooperatif untuk mempelajari materi dan tugas yang diberikan. Hal itu
menunjukan bahwa model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan dalam
pembelajaran sejarah kebudayaan islam. Model pembelajaran ini dapat membuat
siswa menemukan pengetahuannya dengan sendiri. Dengan hal ini siswa dapat mengerti
nilai-nilai positif yang terkandung dalam peristiwa sejarah kebudayaan islam,
dengan mengerti nilai-nilai yang ada dalam peristiwa sejarah kebudayaan islam
yang dibahas diharapkan siswa dapat menerapkan nilai-nilai positif yang telah
diterima.
Berikut adalah kelebihan dari model
pembelajaran jigsaw[10] :
Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,
karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada
rekan-rekannya. Pemeratan penguasa materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih
singkat dan metode pembelajaran ini dapat melatih siswa lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.
Berikut kekurangan dari model pembelajaran
Jigsaw :
1. Siswa yang lebih aktif diskusi, dan
cenderung mengontrol jalannya diskusi
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan
berpikir rendah memiliki kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk
sebagai tenaga ahli
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetensi
akan sulit untuk mengikuti proses pembelajaran
E. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan
Islam
Tujuan
mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam[11]:
1. Untuk mendapatkan informasi dan pemahaman
mengenai asal-usul budaya dan kekayaan yang diraih oleh umat Islam di masa
lampau dan mengambil “ibrah (pelajaran) dari kejadian tersebut.
2. Untuk membentuk watak dan kepribadian umat.
Sebab, dengan mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam generasi muda akan
mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari pelajaran yang sangat berharga
dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu.
3. Agar siswa dapat memilih dan memilah mana
aspek sejarah yang perlu dikembangkan dan mana yang tidak perlu. Mengambil
pelajaran yang baik dari suatu umat dan meninggalkan hal-hal yang tidak baik.
4. Agar siswa mampu berpikir secara kronologis
dan memiliki pengetahuan tentang masa lalu yang dapat digunakan untuk memahami
dan menjelaskan perkembangan, perubahan
masyarakat serta keragaman sosial budaya Islam di masa yang akan datang.
Manfaat
mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam[12]:
1. Merasa bangga dan mencintai kebudayaan
Islam yang merupakan buah karya kaum Muslimin masa lalu.
2. Berpartisipasi memelihara peninggalan masa lalu dengan cara mempelajari dan
mengambil manfaat dari peninggalan tersebut.
3. Meneladani perilaku yang baik dari
tokoh-tokoh terdahulu.
4. Mengambil pelajaran dari berbagai
keberhasilan dan kegagalan masa lalu.
5. Memupuk semangat dan motivasi untuk
meningkatkan prestasi yang telah diraih umat terdahulu.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/
peradaban Islam di masa lampau, mulai dari dakwah Nabi Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah, kepemimpinan umat setelah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam wafat, sampai perkembangan Islam periode klasik (zaman keemasan)
pada tahun
650 M–1250 M, abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M–1800 M), dan masa
modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang), serta perkembangan
Islam di Indonesia dan di dunia.
Metode mengajar ialah cara yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan pelajaran kepada peserta didik.
Metode tradisional yang ingin kami terapkan pada pembelajaran
Sejarah kebudayaan Islam adalah “Metode Ceramah”. Metode
ceramah merupakan cara yang
dilakukan seorang guru dalam menyampaikan proses pembelajaran melalui lisannya,
serta sumber belajar yang dipaparkan oleh seorang guru.
Metode
modern yang kami pilih untuk diterapkan pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
adalah “Metode Jigsaw”. tipe pembelajaran kooperatif, Model pembelajaran ini
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri da juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi
yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ridwan. 2019. Strategi belajar mengajar. Depok :
Rajawali Pers
Abdul Majid, 2009, Perencanaa
Pembelajaran, Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Dirman, Cici Juarsih. 2014. Teori Belajar dan prinsip-prinsip Pembelajar
yang mendidik.Jakarta: Rineka Cipta
Fathurrohman Muhammad. 2017. Belajar da pembelajaran modern,
Yogyakarta: Penerbit Garudhawaca
Huriah Titih. 2018. Student center learning, Jakarta:
Prenadamedis Group
Jumanta Hamdayana. 2017. Metodologi
mengajar. Cet. 2. Jakarta: Bumi Aksara
Lampiran Peraturan Menteri Agama RI
Nomor 912 Tahun 2013, Tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
Mudlofir, Ali Mudlofir,
FatimaturEvi. 2017. Desain pembelajran
inovatif dari teori ke praktif. Cet. 2. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Niswah Choirun, 2006, Sejarah
Pendidikan Islam, Palembang: Noer Fikri Offet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar