Halaman

Minggu, 17 Maret 2019

METODE CERAMAH DAN JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM




PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
     Aktivitas pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dengan pola yang bersistem dan bertujuan untuk untuk memanusiakan manusia, serta mengajarinya untuk merencanakan dan mengatur masa depannya. Bercermin kepada sejarah merupakan suatu kemestian yang harus dilakukan oleh manusia, guna mengetahui kegagalan dan keberhasilan umat-umat terdahulu, sesudah itu dia sendirilah yang menentukan masa depannya, sesuai dengan cerminan sejarah itu.
     Ilmu sejarah merupakan bagian dari berbagai cabang ilmu yang mesti dipelajari oleh bangsa-bangsa dan generasi-generasi umat manusia. Ilmu sejarah senantiasa menarik minat orang banyak. Orang-orang biasa dan orang-orang yang tidak pintar juga ingin mengetahuinya, karena sebab inilah, maka pelajaran/ pengetahuan sejarah mesti diajarkan dengan bebagai metode yang tepat dan berkesan di dalam jiwa orang yang mempelajarinya, terutama dibidang “Sejarah Kebudayaan Islam” yang merupakan kebudayaan yang paling terbaik dimasa pertengahan jika dibandingkan dengan kebudayaan bangsa-bangsa atau umat lainnya, seperti kebudayaaan Yunani, Persia dan Romawi Kuno.

B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan tentang Sejarah Kebudayaan Islam?
2.      Apa yang dimaksud dengan Metode Pembelajaran?
3.      Jelaskan metode ceramah pada pembelajaran SKI?
4.      Jelaskan metode Jigsaw pada pembelajaran SKI?
5.      Sebutkan dan jelaskan tujuan dan manfaat mempelajari materi SKI?





C.    Tujuan Penulisan
1.      Agar kita dapat tau tentang Sejarah Kebudayaan Islam.
2.      Agar kita dapat mengetahui pengertian Metode Pembelajaran.
3.      Agar kita dapat mengetahui metode ceramah dan metode jigsaw yang cocok untuk pembelajaran SKI.
4.      Untuk menyelesaikan tugas kuliah mata kuliah SKI.
5.      Agar kita dapat mengatahui manfaat dan tujuan mempelajari materi SKI.


PEMBAHASAN

A.    Sejarah Kebudayaan Islam
     Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/ peradaban Islam di masa lampau, mulai dari dakwah Nabi Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah, kepemimpinan umat setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, sampai perkembangan Islam periode klasik (zaman keemasan) pada tahun 650 M–1250 M, abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M–1800 M), dan masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang), serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia. Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.[1]

     Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1.      Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
2.      Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.
3.      Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4.      Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
5.      Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan Kebudayaan dan peradaban Islam.

     Dari penjelasan diatas menunjukan betapa pentingnya Sejarah Kebudaya Islam sebagai pendekatan untuk menumbuhkan rasa cinta kepada suri tauladan umat manusia, sekaligus hamba Allah yang paling mulia untuk dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari

B.     Pengertian Metode Pembelajaran
     Pada hakikatnya, mengajar merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar, metode yang digunakan guru diharapkan mampu menumbuhkan berbagai kegiatan belajar bagi peserta didik sehubungan dengan kegiatan mengajar guru.[2] Metode mengajar ialah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik. Oleh karena itu, guru dalam memilih metode mengajar harus tepat dengan tujuan dan sasarann yang telah ditetapkan. Pemilihan metode ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan yang akan diperoleh, terutama pemaham yang diterima oleh peserta didik terhadap yang apa yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran.
     Sebagai seorang guru yang profesional, tugas seorang guru bukan hanya mengajarkan kepada peserta didik dengan melalui penyampaian dalam proses pembelajaran, tetapi sebagai seorang guru yang professional juga harus menyampaikan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang mendidik. Metode pembelajaran yang mendidik adalah dengan cara yang dapat digunakan untuk membimbing peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara melalui proses yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk brpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakta, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.[3]
     Jadi dapat disimpulkan metode pembelajaran adalah cara guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan cara mendidik, membimbing, dan mampu membuat peserta didik menerima dan memahami apa yang disampaikan pada setiap proses pembelajaran agar keberhasilan yang diterima mampu mencapai tujuan pendidikan nasional yang diharapkan.
     Diantara penerapan metode pembelajaran ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode pembelajaran, diantaranya, yaitu :[4]
1.      Tujuan yang hendak dicapai
2.      Keadaan siswa
3.      Bahan pengajaran
4.      Situasi belajar mengajar
5.      Fasilitas yang tersedia
6.      Guru
7.      Kelebihan dan kekurangan dari tiap metode

C.    Metode Ceramah Pada Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
     Metode tradisional yang ingin kami terapkan pada pembelajaran Sejarah kebudayaan Islam adalah Metode Ceramah. Metode Ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembejaran ekspositori (Sanjaya, 2006). Metode ceramah merupakan metode yang dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkaun daya beli dan kemampuan mental kognitif peserta didik. Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode ceramah ialah cara yang dilakukan seorang guru dalam menyampaikan proses pembelajaran melalui lisannya, serta sumber belajar yang dipaparkan oleh seorang guru.
     Metode ceramah ini dapat berupa 1) Presentasi lisan, 2)Presentasi berbantuan IT, 3) Program radio, dan 4) Program televisi. Adapun tahapan dalam metode pembelajaran ialah:[5]
1.      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2.      Guru menyampaikan informasi secara lisan kepada peserta didik
3.      Dilakukan tanya jawab untuk meningkatkan pemahaman peserta didik
4.      Peserta didik diberi kesempatan untuk mengikuti latihan
5.      Guru mengecek pemahaman peserta didik.

Adanya tahapan dalam metode ceramah ini, guna tercapainya keberhasilan dalam proses pembelajaran. Tanpa adanya sebuah tahapan dalam suatu tujuan yang akan hendak di capai, maka tujuan tidak akan terarah dengan baik. Dari penjelasan singkat diatas, kita dapat memahami pentingnya tahapan dalam mencapai tujuan.
Kami memilih metode ceramah ini, karna secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam. Melalui metode ceramah ini di harapkan mampu memperkenalkan dan memotivasi perserta didik untuk memahami apa yang di sampaikan oleh guru, dengan penyampaian yang mendidik ataupun memanfaatkan media pembelajaran sebagai alat bantu untuk penyampaikan materi dalam proses pembelajaran agar mudah dipahami.
Diantara kelebihan metode ceramah ialah:[6]
1.      Guru mudah menguasai kelas, hal ini disebabkan kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberi ceramah
2.      Guru mudah menerangkan materi pelajaran yang berjumlah besar, karena guru dapat merangkum pokok-pokok materi persoalan untuk disampaikan ke peserta didik dalam waktu singkat
3.      Dapat diikuti peserta didik dalam jumlah besar
4.      Mudah dan murah dilaksanakan karna mtode ini hanya mengandalkan suara guru dan tidak memerlukan banyak peralatan sehingga bisa menekan biaya dan mudah dilaksanakan
5.      Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam dan tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit.

     Berikut beberapa kekurangan dari metode ceramah[7]:
1.      Kegiatan pembelajaran menjadi verbalistis (bersifat pengertian kata-kata)
2.      Peserta didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan akan menjadi rugi dan peserta didik yang lebih tanggap auditifnya dapat besar menerimanya.
3.      Bila terlalu lama akan menjadi membosankan.
4.      Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar peserta didik.
5.      Menyebabkan peserta didik menjadi pasif.

Tujuan metode ceramah dalam pembelajaran sejarah kebudayaan islam
1. menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui metode ceramah yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar melalui bahan tertulis hasil ceramah.
2. menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan yang terdapat dalam isi pelajaran.
3. merangsang peserta didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan belajar.
4. memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara gamblang.
5. sebagai langkah awal untuk metode lain dalam upaya menjelaskan prosedur-prosedur yang harus ditempuh oleh peserta didik.[8]

D.    Metode Jigsaw Pada Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
     Metode modern yang kami terapkan adalah “metode jigsaw” jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif, Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri da juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Pada model pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student centered) sangat dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggota 3-5 yang terdiri dari kelompok asal kelompok ahli.
     Dalam pembeljaran kooperatif model jigsaw dibagi dalam beberapa kelompok belajar heterogen yang beranggota 3-5 orang dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus terampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap anggota kelompok, sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain yang ditugaskan untuk mendalami topic tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topic yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada amsing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topic mereka tersebut. Disini peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memhami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. Para kelompok ahli harus mampu membagi pengetahuan yang didapat saat melakukan diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang postif dan saling ketergantungan untuk mendapatakan informasi dan memecahan masalah.
Pada metode ini terdapat tahap-tahap dalam pembelajarannya, yakni seperti berikut[9] :
1.      Guru dapat mejabarkan isi topic secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topic ini
2.      Membagi siswa kedalam kelompok asal dan kelompok ahli.
3.      Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topic  masing-masing da menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli
4.      Siswa kemabli ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topic yang diskusinya.
5.      Tanya jawab
Adanya metode pembelajaran jigsaw ini agar memudahkan peserta didik dalam belajar pelajaran sejarah kebudayaan islam, karena pda hakikatnya pembelajaran ski adalah belajar dengan cara menghapal dan mengingat.
Kami melilih metode pembelajaran jigsaw ini untuk pelajaran sejarah kebudayaan islam  karena dalam pembelajaran jigsaw ini teknik ini selain didesai untuk meningkatkan rasa tanggung jawab mahasiswa secara mandiri juga menuntuk saling ketergantungan yang positif (saling membantu) dengan teman sekelompok. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap mengajarkan materi tersebut kepada aggota kelompoknya. Dengam demikian siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus berkerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi dan tugas yang diberikan. Hal itu menunjukan bahwa model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran sejarah kebudayaan islam. Model pembelajaran ini dapat membuat siswa menemukan pengetahuannya dengan sendiri. Dengan hal ini siswa dapat mengerti nilai-nilai positif yang terkandung dalam peristiwa sejarah kebudayaan islam, dengan mengerti nilai-nilai yang ada dalam peristiwa sejarah kebudayaan islam yang dibahas diharapkan siswa dapat menerapkan nilai-nilai positif yang telah diterima.

Berikut adalah kelebihan dari model pembelajaran jigsaw[10] :
Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya. Pemeratan penguasa materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dan metode pembelajaran ini dapat melatih siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.

Berikut kekurangan dari model pembelajaran Jigsaw :
1.      Siswa yang lebih aktif diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi
2.      Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah memiliki kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli
3.      Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
4.      Siswa yang tidak terbiasa berkompetensi akan sulit untuk mengikuti proses pembelajaran

E.     Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
     Tujuan mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam[11]:
1.      Untuk mendapatkan informasi dan pemahaman mengenai asal-usul budaya dan kekayaan yang diraih oleh umat Islam di masa lampau dan mengambil “ibrah (pelajaran) dari kejadian tersebut.
2.      Untuk membentuk watak dan kepribadian umat. Sebab, dengan mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu.
3.      Agar siswa dapat memilih dan memilah mana aspek sejarah yang perlu dikembangkan dan mana yang tidak perlu. Mengambil pelajaran yang baik dari suatu umat dan meninggalkan hal-hal yang tidak baik.
4.      Agar siswa mampu berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lalu yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan perkembangan, perubahan  masyarakat serta keragaman sosial budaya Islam di masa yang akan datang.

     Manfaat mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam[12]:
1.      Merasa bangga dan mencintai kebudayaan Islam yang merupakan buah karya kaum Muslimin masa lalu.
2.      Berpartisipasi memelihara peninggalan  masa lalu dengan cara mempelajari dan mengambil manfaat dari peninggalan tersebut.
3.      Meneladani perilaku yang baik dari tokoh-tokoh terdahulu.
4.      Mengambil pelajaran dari berbagai keberhasilan dan kegagalan masa lalu.
5.      Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat terdahulu.

PENUTUP
A.    Kesimpulan
     Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/ peradaban Islam di masa lampau, mulai dari dakwah Nabi Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah, kepemimpinan umat setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, sampai perkembangan Islam periode klasik (zaman keemasan) pada tahun 650 M–1250 M, abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M–1800 M), dan masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang), serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia.
     Metode mengajar ialah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik.
     Metode tradisional yang ingin kami terapkan pada pembelajaran Sejarah kebudayaan Islam adalah Metode Ceramah. Metode ceramah merupakan cara yang dilakukan seorang guru dalam menyampaikan proses pembelajaran melalui lisannya, serta sumber belajar yang dipaparkan oleh seorang guru.
     Metode modern yang kami pilih untuk diterapkan pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah “Metode Jigsaw”. tipe pembelajaran kooperatif, Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri da juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.









DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ridwan. 2019. Strategi belajar mengajar. Depok : Rajawali Pers
Abdul Majid, 2009, Perencanaa Pembelajaran, Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Dirman, Cici Juarsih. 2014. Teori Belajar dan prinsip-prinsip Pembelajar yang mendidik.Jakarta: Rineka Cipta
Fathurrohman Muhammad. 2017. Belajar da pembelajaran modern, Yogyakarta: Penerbit Garudhawaca
Huriah Titih. 2018. Student center learning, Jakarta: Prenadamedis Group
Jumanta Hamdayana. 2017. Metodologi mengajar. Cet. 2. Jakarta: Bumi Aksara
Lampiran Peraturan Menteri Agama RI Nomor 912 Tahun 2013, Tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
Mudlofir, Ali Mudlofir, FatimaturEvi. 2017. Desain pembelajran inovatif dari teori ke praktif. Cet. 2. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Niswah Choirun, 2006, Sejarah Pendidikan Islam, Palembang: Noer Fikri Offet





Tidak ada komentar:

Posting Komentar