A. Pendahuluan
Kesehatan mental adalah kondisi dimana manusia mampu
berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan sosialnya dengan keserasian yang
sungguh-sungguh. Semua orang pastinya memiliki kesehatan mental yan baik, namun
tetap saja manusia yang memiliki kesehatan
mental yang baik sekalipun tidak bisa bebas dari rasa kecemasan dan
perasaan bersalah. Namun manusia dengan kesehatan mental yang baik mampu
mengendalikan dan menguasai dirinya, berbeda dengan manusia yang memiliki
gangguan kesehatan mental maka ia akan dikendalikan oleh kecemasan dan perasaan
bersalah yang ia alami.
Kesehatan mental sebagai ilmu membicarakan mengenai
tentang bagaimana cara seseorang memecahkan masalah batinnya sehingga ia mampu
memahami dan menjalani kehidupan dengan
berbagai kesulitan hidup dan tetap melakukan berbagai upaya agar jiwanya tetap
bersih dan sehat.
Kesehatan mental menurut World Health Organization
adalah seseorang yang bebas dari kecemasan dan ketegangan. Menerima kegagalan
dan kekecewaan sebagai pelajaran dikemudian hari, serta dapat menyesuaikan diri
secara konstruktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu pahit.
Tujuan kesehatan mental pada dasarnya adalah guna
mendapatkan kesehatan mental dan terhindar dari gangguan kejiwaan. Kesehatan
mental ini memiliki dua pokok utama yaitu dimana hubungan antara manusia dengan
manusia (hablumimannas) dan hubungan manusia dengan Tuhan-Nya (habluminallah).
B. Pengertian
Kesehatan Mental
Ilmu kesehatan mental merupakan hasil terjemahan
dari istilah mental hygiene. Secara etimologi, mental berasal
dari bahasa Latin, yaitu mens/mentis, yang berarti jiwa, nyawa, roh dan
sukma. Sedangkan hygiene berasal dari bahasa Yunani: hugiene, yang
berarti ilmu yang membahas tentang kesehatan. Mental Hygiene juga sering
disebut Psikohygiene. Kesehatan mental dikenal sebagai salah satu cabang
kajian psikologi jauh sebelum munculnya
ilmu modern. Pada zaman Yunani pun sudah banyak tokoh-tokoh di bidang
kedokteran yang sudah mempelajari dan mengembangkan ilmu kesehatan mental.[1]
Ilmu kesehatan mental memiliki berbagai definisi dari berbagai tokoh,
diantaranya : Alexander Schneiders mengatakan bahwa “ilmu kesehatan mental
adalah ilmu yang mengembangkan dan menerapkan berbagai prinsip yang praktis dan
bertujuan untuk mencapai kesejahteraan
psikologis organisme manusia serta mencegah gangguan mental terhadap
penyesuaian diri”.[2]
Howard Bernard menyatakan bahwa “ Ilmu kesehatan mental merupakan suatu program
yang dipakai dan diikuti seseorang untuk mencapai penyesuaian diri”.[3]
Magarius mengatakan bahwa “ kesehatan mental adalah kesediaan seseorang menerima
segala sesuatu secara realistik dan kemampuan menikmati hubungan sosialnya.[4]
Beberapa pendapat tokoh tersebut, memiliki definisi
dan pandangan sendiri mengenai kesehatan mental. Memerhatikan dari uraian
diatas, maka pembicaraan mengenai kesehatan mental tidak hanya ditinjau dari
sudut ilmu pengetahuan saja, melainkan juga meliputi kondisi jiwa seseorang,
lingkungan dan pengobatannya. Dalam Agama Islam Kesehatan mental disama artikan
dengan kesehatan jiwa, yang mana kesehatan mental ini terkadang diartikan oleh
orang-orang yang memiliki masalah dan gangguan dalam jiwa dan mentalnya.
Secara terminologi terdapat beberapa pendapat tokoh
Islam tentang Ilmu kesehatan mental, diantaranya ; Dzakiyah Darajat mengartikan
bahwa “kesehatan mental merupakan terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh
antara fungsi kejiwaan dengan penyesuaian diri dengan dirinya sendiri maupun
lingkungan.[5]
Az-Zahrani mengungkapkan bahwa “kesehatan jiwa adalah kematangan emosi dan
sosial seseorang yang disertai dengan adanya kesesuaian diri dengan sosialnya.[6]
Dadang Hawari mengatakan bahwa “kesehatan jiwa dalam paham ilmu kedokteran
merupakan suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional secara baik,
serta berjalan sesuai dengan keadaan orang lain.[7]
Menurut Imam Al-Ghazali, pemahaman tentang kesehatan mental menjelaskan bahwa
mental tidak hanya terbatas konsepnya pada gangguan dan penyakit kejiwaan serta
perawatan dan pengobatannya, tetapi juga meliputi pembinaan dan pengembangan
jiwa manusia setinggi mungkin menuju kesehatan mental dengan kesempurnaan.[8]
Kesehatan mental memandang manusia sebagai suatu
kesatuan psikomatis, kesatuan jiwa raga dan kesatuan jasmania serta rohania
secara utuh. Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang berkaitan dengan
kesehatan jiwa, yaitu hubungan dirinya sendiri dan hubungan dengan sosialnya
serta lingkungan masyarakat dan terhadap Tuhan-Nya.[9]
C. Tanda-Tanda
Kesehatan Mental Dalam Islam
Seseorang dikatakan memiliki kesehatan mental yang
baik, dapat dilihat dari beberapa indikator dan tanda-tandanya. Kami mengutip
dari beberapa pendapat para ahli mengenai indikator kesehatan mental yang
terdapat pada setiap aspek atau dimensi kesehatan mental seseorang.
Menurut Kartono, seseorang dikatakan memiliki
kesehatan mental yang baik, dapat dilihat dari beberapa tanda-tanda,
diantaranya;[10]
1. Terdapat
koordinasi dari segenap energi, potensi dan akitivitasnya.
2. Memiliki
integrasi dan regulasi terhadap struktur kepribadian
3. Efisien
dalam setiap tindakannya.
4. Memiliki
tujuan hidup.
5. Bergairah
dan tenang harmonis batinnya.
Selanjutnya menurut Sarah S. Brown, seseorang
dikatakan memiliki kesehatan mental yang baik, dapat dilihat dari beberapa
indikator kesehatan mental, diantaranya;[11]\
1. Kebahagiaan
dan keceriaan hidup.
2. Kepuasan
hidup.
3. Fungsi
psikologis.
4. Realisasi
diri.
5. Hubungan
baik dengan orang lain.
Selanjutnya, ada beberapa tokoh yang menetapkan
beberapa indikator kesehatan mental dengan memasukkan unsur agama diantaranya,
Zakiah Daradjat memasukkan unsur
keimanan dan ketakwaan diataranya;[12]
1. Terbebas
dari gangguan dan penyakit jiwa.
2. Terwujudnya
keserasiam antaras unsur-unsur kejiwaan.
3. Mempunyai
kemampuan dalam menyesuaikan diri secara fleksibel dan menciptakan hubungan
yang bermanfaat dan menyenangkan antar individu.
4. Mempunyai
kemampuan dalam mengembangkan potensi diri serta memanfaatkan untuk dirinya dan
orang lain.
5. Beriman
dan bertakwa kepada Allah SWT. dan selalu berupaya merealisasikan tuntutan
Agama dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta kehidupan yang bahagia di
dunia dan di akhirat.
Kemudian ada Imam Al-Ghazali, menetapkan beberapa
indikator atau tanda-tanda kesehatan mental berdasarkan kepada seluruh aspek
kehidupan manusia berupa habl min Allah, habl min al-nas dan habl min al-alam. Adapun indikator
kesehatan mental, diantaranya;[13]
1. Keseimbangan
yang terus-menerus antara jasmani dan rohani dalam kehidupan dunia dan manusia.
2. Memiliki
kemuliaan akhlak dan kezakiyahan jiwa, atau memiliki kualitas iman dan takwa
yang tinggi.
3. Memiliki
makrifat kepada Allah.
Selanjutnya menurut Az-Zahrani indikasi kesehatan
jiwa diantaranya;[14]
1. Sisi
spiritualitas
2. Sisi
sosial
3. Sisi
biologis
Said Hawa menetapkan indikator kesehatan mental
berdasarkan tathhiral –qalb (penyucian jiwa) diantaranya;[15]
1. Sempurna
dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan perintah Allah SWT.
2. Terlihat
efek dari peribadatannya pada sifat-sifatnya yang utama dan akhlak al-karimah
dan melaksanakan habl min Allah dan habl min al- nas.
3. Mempunyai
hati yang mantap dalam mentauhidkan Allah SWT.
4. Tidak
mempunyai penyakit hati, yang bertentangan dengan keesaan Allah SWT.
5. Jiwanya
menjadi suci, hatinya menjadi suci dan pandangannta menjadi jernih.
6. Seluruh
anggota tubuhnya senantiasa berbuat sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh
Allah SWT.
Lebih lanjut, Abdul Mujib dan Jusuf Muzakir membagi
3 kondisi mental berdasarkan penafsiran ayat – ayat Al-Qur’an. Kondisi mental
yang tenang dan tenteram diantaranya sebagai berikut:[16]
1. Kemampuan
individu menghadapi perubahan dan berbagai persoalan zaman. Jika terkena
musibah individu menyerahkan semuanya dan di kembalikan hanya kepada Allah.
Selain itu sikap bersahaja memiliki nilai baik dalam menghadapi segala perihal
kehidupan.
2. Kemampuan
individu dalam bersabar dan menghadapi tantangan serta persoalan hidup yang
berat.
3. Kemampuan
individu dengan optimis dan yakin bahwa sesudah kesulitan pasti akan datang
kemudahan.
Dari berbagai pendapat tokoh tersebut mengenai
indikator dan tanda – tanda kesehatan mental. Penulis menyimpulkan bahwa
indikator kesehatan mental pada dasarnya sehat secara fisik, sehat secara
psikologis, sehat secara sosial, dan sehat secara spiritual. Apabila empat
indikator tersebut dimiliki setiap individu maka individu tersebut akan
menciptakan kehidupan yang sejahtera dan memiliki ketenangan hidup yang sehat
serta dapat bersosialisasi dengan baik.
D. Kesehatan
Mental dan Ketenangan Hidup
Pada dasarnya setiap manusia memiliki mental yang
sehat, akan tetapi dikarenakan suatu sebab yang mengakibatkan sebagian orang
memiliki mental yang tidak sehat. Orang-orang yang tidak sehat mentalnya
terkadang memiliki tekanan-tekanan batin. Sehingga kepribadian seseorang
terpengaruhi dan berubah menjadi kacau dan menganggu kesehatan dan
ketenangannya. Gejala inilah yang menjadi faktor pengganggu kesehatan mental
manusia. Seseorang yang memiliki kesehatan mental dapat memiliki ketenangan,
kebahagiaan, dan kedamaian dalam hidupnya.[17]
Dalam Q.S Al – Qashash: 77, yang artinya : Dan
carilah pada apa yang telah di anugerahkan kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat dan janganlah kamu merupakan ( kenikmatan) duniawi dan berbuat
baik(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat kepadamu, dan jangan
kamu berbuat kerusakan dibumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan. (Q.S Al-Qashash:77).
Adapun ayat Al-Qur’an yang membahas mengenai
ketenangan jiwa, yakni Q.S Al-Rad’:28, yang artinya : “ orang – orang yang
beriman itu, hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah. Ketahuilah
bahwa mengingat Allah itu dapat menenteramkan jiwa.(Q.S Al-Rad’ : 28)
Dari ayat tersebut kita dapat memahami bahwa
seseorang yang mengingat Allah dalam hatinya dan senantiasa mengingat-Nya
dimana pun ia berada maka ia akan merasakan ketenangan dan kedamaian didalam
jiwanya dan ini merupakan faktor penting dalam usaha pembinaan kesehatan mental
dalam Islam.
Selanjutnya Q.S Al- ‘Araf ayat 35 yang artinya :” Siapa
yang bertaqwa dan berbuat baik, maka ia tidak akan merasa takut dan sedih.
(Q.S Al- ‘Araf : 35).
Pada ayat tersebut dikatakan Allah, bahwa rasa takwa
dan perbuatan baik adalah metode untuk pencegahan dari rasa takut dan sedih.
Selanjutnya, dalam QS Al-Fath :24, yang artinya “Allah
lah yang menurunkan ketenangan jiwa didalam hati orang-orang mukmin, supaya
keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka yang sudah ada.” (QS
Al-Fath:24)
Dalam ayat tersebut,Allah mensifati diri-Nya bahwa
Dia-lah Tuhan yang Maha Mengetahui dan Bijaksana serta dapat memberikan
ketenangan jiwa ke dalam hati orang yang beriman.
Dari beberapa ayat yang telah disebutkan diatas,
penulis menarik kesimpulan bahwa, kesehatan mental seseorang mempengaruhi
proses dinamika kehidupan manusia di dunia. Sehingga dengan kesehatan mental yang
sehat secara jasmani dan rohani, membuat manusia dapat menjalankan kehidupannya
secara normal dan sejahtera, kemudian bisa menyelesaikan problematika kehidupan
yang dihadapi serta mampu mengambil hikmah atas masalah yang dihadapi
E. Simpulan
Kesehatan mental merupakan suatu keadaan yang pasti
ada dalam diri setiap manusia. Kesehatan mental memberikan dampak secara
universal dalam kehidupan manusia. Di mana berguna sebagai penyaluran dalam
diri untuk berinteraksi dengan sosialnya secara baik. Apabila manusia mampu
mengendalikan dirinya maka ia akan menjadi bagian dari mereka yang memiliki kesehatan
mental yang baik. Kesehatan mental sangat berpengaruh, secara individual,
sosial, psikologis dan spiritual. Kesehatan mental lah yang menentukan tentang
apa yang akan diaplikasikan dalam kehidupan, jadi membina kesehatan mental
haruslah dimulai dengan menerima diri sendiri, dan tingkat spiritual
seseorangpun juga memberikan pengaruh bagi kesehatan mental.
DAFTAR PUSTAKA
Bernard,Howard.Dynamics
of Personality Adjustment.Holbrook Press.1978.
Burhanuddin,
Yusak.Kesehatan Mental.1999
Brown,
Sarah.Religiusitas Dan Kesehatan Mental. 22
Daradjat,
Zakiah.Kesehatan Mental.Jakarta.CV Haji Mas Agung,1988
Hasan,
Langgulung.Teori-Teori Kesehatan Mental. Jakarta.Pustaka Al-Husna,1992
Hawari,Dadang.Kesehatan
Jiwa.1997.
Kartono,
kartini.Patologi Sosial Jilid 1 Edisi Baru.Jakarta.Rajawali Pers.1981
Mujid,
Abdul dan Jusuf Muzakir. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam.Jakarta:Rajawali
Pers.2002
Ramayulis.Psikologi
Agama.Jakarta.Kalam Mulia,2013.
Siswanto.Psikologi
Kesehatan Mental.2015.
Said
Az-Zahrani, Bin Musfir.Konseling Terapi.
Subandi,
Ahmad.Psikologi Agama dan Kesehatan Mental.Yogyakarta;Pustaka
Pelajar.2013.
Schneiders.Personality
Dynamics and Mental Healty. New York:Rinehart.1965.
Yahya,
Jaya. Kesehatan Mental.Padang.Angkasa Raya,2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar